MENGENANG GUS DUR DAN PLURALISME AGAMA
KH. Mu'adz Thohir saat mengisi acara haul Gusdur ke-6 |
UNISNU - Kamis (14/1) Komunitas Gusdur di jepara yang dinamakan Gusdurian Jepara melakukan peringatan Haul Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid) yang ke-6 bertempat dimasjid kampus UNISNU Jepara yang bertemakan “Mengenang Gus Dur dan Pluralisme Agama” . kegiatan ini juga bekerjasama dengan Komunitas LAKPESDAM Jepara, PMII Jepara, Fakultas Syari'ah & Hukum, Pusat Budi Pengembangan Paham NU, IKA PMII Jepara demi kesuksesan acara tersebut. dengan membawa pemateri yang berasal dari Kajen yaitu KH. Muadz Thohir yang notabene beliau ini adalah sahabat Gus Dur Tulen.
Banyak dari kalangan masyarakat yang menghadiri acara
tersebut diantaranya Mahasiswa UNISNU, warga sekitar, pengurus NU Jepara, Muslimat Jepara, dan juga jajaran dekanat UNISNU Jepara. Banyak tawa yang mewarnai acara ini dan membuat acaranya
semakin menarik karena di bicarai oleh teman gusdur sendiri dahulunya. Sosok gus dur apabila kita cari sekarang ini pastilah sangat sulit. Karena keistimewaan
beliaulah yang menjadikan banyak orang terkagum-kagum. “ketika memperingati haul beliau bukan hanya di indonesia saja
bahkan sampai dunia misalnya Irak, Malaysia, runei” kata lisa temannya Gus Dur.
Gusdur mempunyai keistimewaan
yang tidak dimiliki oleh orang kebanyakan orang dan sering kali banyak orang yang
tidak suka dengan gusdur dan menjadikan Gus Dur sebagai Musuh. Salah satu kebiasaannya adalah hobi beliau adalah
membaca, hobi yang dapat kita terapkan dalam sehari-hari. terutama kita sebagai mahasiswa, bagaimana kalau semua mahasiswa bisa merepakan hobi Gus Dur ini di kehidupan sehari-hari kita, pasti negara ini akan mempunyai penerus dimasa yang akan datang yang Bagus. Gus dur pernah bicara “orang
pintar adalah orang yang selalu membaca dan awal kebodohan adalah berhanti
membaca”. diantara keistimewaan beliau dan membaca adalah Beliau mampu membaca 1000 kata
permenit. sungguh sebuah keistimewaan yang jarang kita miliki.
dan juga Gus Dur mempunyai prinsip “melihat
orang itu harus menilai positifnya bukan negatifnya kalau kamu sudah mampu maka
kamu sudah bisa menilai orang lain”. apabila kita sudah bisa menerapkan ini. maka hanya rasa Baik yang ada di diriki kita kepada orang lain, dan nantinya kita akan mengetahui dan menilai sesorang dengan baik dan benar.
Diakhir hiup beliau. di saat detik-detik kematian beliau ada sya’ir yang selalu beliau ucapkan yaitu “Ibumu melahirkan kita
adalah keadaan menangis dan orang disekelilingmu kita tertawa atas kelahiran
kita. Mereka menangis ketika kamu meninggal. Tapi kamu tertawalah ketika dalam
keadaan meninggal”. Walaupun beliau menjadi orang yang dimuliakan tapi beliau tetap menunjukkan sifat
kesederhanaannya, Istiqomah, demokrasinya, sifat membaca, beliau selalu menghargai perbedaan, dan lain sebagainya yang bersifat positif. Meskipun gusdur sudah tidak ada
lagi, tapi beliau akan selalu dikenang banyak orang dalam riwayat hidupnya. dan tidak akan pernah Pudar pemikirannya di zaman yang akan datang. RS/Isfina Amaliya
0 Comments