Jepara- Bertepatan pada peringatan hari buruh, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Jepara mengadakan diskusi akbar menyoal "Kenaikan Upah Buruh, Kebutuhan atau Pemenuhan Gaya Hidup?". Diskusi yang dilaksanakan sore tadi (01/05) mengundang Huda selaku Ketua Dewan Pimpinan Cabang Sarikat Buruh Muslim Indonesia (DPC SARBUMUSI) Jepara bertindak sebagai Pemantik.
Diskusi sore itu digelar di ruang terbuka, halaman Gedung Hijau UNISNU Jepara. Adapun peserta yang turut serta meramaikan diskusi hari buruh tersebut, terdiri dari Perwakilan Pengurus PMII Cabang Jepara, Perwakilan Pengurus Komisariat PMII Jepara, dan beberapa kader delegasi 5 rayon dari PMII Jepara. Dalam penyampaian materi, bapak Huda menjelaskan bahwa dalam menentukan besaran honorium, Dinas Pengupahan akan melakukan survei pasar terkait harga kebutuhan hidup dan pencapaian hidup layak. Jadi, indikator dalam kenaikan upah adalah KHL (Kebutuhan Hidup Layak).
"Menyoal tentang upah perlu dipahami terlebih dahulu bahwa dalam menentukan besaran honorium, Dinas Pengupahan akan melakukan survei pasar terkait harga kebutuhan hidup dan pencapaian hidup layak. Jadi, indikator dalam kenaikan upah adalah KHL (Kebutuhan Hidup Layak)", ungkap Huda.
"Adapun penjelasan terkait gaya hidup, ini bisa diurai dari adanya skala upah. Jadi, mindset yang membuat gaji besar identik dengan gaya hidup glamour adalah adanya skala upah, yang kemudian membedakan upah antar jenjang posisi maupun lama berkerja yang berkaitan dengan Lembaga Keuangan", lanjut Huda.
Asep Rojudin, selaku Ketua Umum PMII Cabang Jepara juga memberikan penjelasan terkait latar belakang tema yang dirasa cukup relevan karena merupakan salah satu isu yang masih hangat diperbincangkan oleh masyarakat Jepara, terutama realita hari ini buruh masih menjadi profesi yang menuai polemik di Jepara.
"Peserta diskusi kali ini cukup antusias karena tema dan pembahasan pada diskusi kali ini benar-benar terlihat dan menjadi salah satu isu yang masih diperbincangkan oleh masyarakat Jepara, terutama hari ini buruh masih menjadi profesi yang menuai polemik di Jepara dari segi pergeseran ikon Jepara, hingga dari karakter masyarakat Jepara yang kali ini dirasa sangat pas dengan tema yang dibawakan" Pungkas Asep.
(Ela/Bursa)
0 Comments