Pekalongan, Jepara – Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Burs@, Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara menggelar event “Bedah Majalah dan Launching Karya Majalah SHIMA XVII” dengan tema “Jepara dan Feminisme” (Minggu, 18/4).
Majalah SHIMA XVII dengan mengangkat tema Jepara dan Feminisme dirasa sangat relevan jika diterbitkan menjelang peringatan hari kartini. Diketahui bahwa R.A. Kartini, Ratu Shima, dan Ratu Kalinyamat adalah tiga tokoh wanita yang menjadi salah satu ikon kota Jepara. Namun berdasarkan kajian bedah majalah kemarin, berdirinya tiga patung wanita yang berada di daerah Ngabul Jepara itu, masih belum menjadi sebuah gambaran terhadap realitas feminisme di Jepara dan masih hanya sekedar ikon belaka. Ada beberapa faktor yang menjadikan feminisme belum terwujud penuh di Jepara, di antaranya yaitu pertama, faktor budaya patriarki, budaya yang menganggap laki-laki harus berada pada posisi lebih unggul dibandingkan wanita. Kedua, faktor trust (kepercayaan), masyarakat belum terlalu percaya jika kepemimpinan dalam suatu organisasi dipimpin oleh perempuan. Ketiga, adanya istilah woman vs woman, beberapa wanita terkadang tidak suka jika ada yang lebih unggul dari dirinya. Beberapa faktor tersebut mempengaruhi euforia feminisme di Jepara.
Dalam acara kali ini dihadiri oleh Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, beberapa alumni LPM Burs@, jajaran pengurus, dan anggota LPM Burs@. Acara ini mendapatkan apresiasi yang sangat baik dari banyak pihak. Launching karya majalah secara simbolik dilakukan oleh Lutviani selaku Pimpinan Umum (PU) LPM Burs@ dengan menyerahkan karya Majalah Shima XVII “Jepara dan Feminisme” kepada Mayadina Rohmi Musfiroh selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum. Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Mayadina memberikan wejangannya pada LPM Bursa untuk selalu Continue dan istiqomah dalam menerbitkan karya dan mengasah daya kritis sebagai lembaga pers yang berada dalam tataran mahasiswa.
“Dunia jurnalistik sedang berada dalam ambang kelesuan. Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh para jurnalis, antara lain yaitu Continuitas atau secara istiqomah. Harapannya para jurnalis, khususnya LPM Burs@ yang merupakan lembaga pers pada tataran mahasiswa dapat menumbuhkan kembali rasa kritis terhadap isu-isu yang sedang terjadi. Karena sejatinya tidak ada kebenaran yang tunggal, sehingga seorang jurnalis dapat mempertahankan idealismenya dengan disertai bukti dan kebenaran yang nyata” ujar Mayadina.
Beliau juga berharap, nantinya karya Majalah SHIMA dapat setara dengan KOMPAS yang mampu menghasilkan data dan realita sesuai dengan apa yang sedang dirasakan oleh masyarakat penerima informasi. Usai prosesi launching karya majalah secara simbolik oleh PU LPM Bursa Bersama Dekan FSH, dilanjutkan dengan sesi bedah majalah yang dipaparkan oleh beberapa pengurus dan dilanjutkan dengan sesi diskusi terkait kurang lebihnya karya majalah yang sedang dilaunching bersama beberapa alumni LPM Bursa dan berakhir menjelang waktu buka puasa.
(Aini/LPM_Bursa)
0 Comments