SEBUAH REFLEKSI!!!!!!! KEWAJIBAN YANG TERABAIKAN

Mahasiswa sebuah kata yang menggambarkan sosok kaum intelek, terdidik dan berbudi. Mahasiswa adalah agen-agen perubahan, tunas-tunas impian Negara, harapan bangsa, bahkan dunia dan beribu embel-embel lain yang disandang dipundak mahaiswa. Mahasiswa di eluk-elukan, disanjung dan dipuja laksana sang dewa.
Namun sungguh ironis, entah karena tak kuat menyandang beribu embel-embel yang di sandangnya entah karena terbuai oleh sanjungan dan pujian yang begitu mempesona hingga kita lupa akan kewajiban dan tugas besar kita sebagai mahasiswa.

Tri darma perguruan tinggi tak lagi dipahami mahasiswa secara substansial dengan mengindahkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, mereka memandang Tri darma  hanyalah sebuah Tri darma yang tinggal sebuah nama tanpa makna. Mahasiswa telah kehilangan jati diri, penelitian yang seharusnya menjadi santapan para mahasiswa tak lagi menjadi menu utama, mereka lebih suka menghabiskan waktu untuk bersantai dan berkumpul ria membaca tak lagi dipandang sebagai suatu kebutuhan melainkan sebagai sampingan  mereka tak sadar akan janji tuhan “bahwa tuhan akan mengangkat derajat manusia bukan berdasarkan suatu status melainkan berdasarkan kualitas keilmuan yang dimilikinya”.

Masih pantaskah mahasiswa menyandang predikat sebagai agen perubahan, menjadi tunas-tunas harapan bangsa yang hanya mampu mengkritisi orang lain tanpa mampu mengkritisi diri sendiri? Mahasiswa mana yang mampu merubah suatu bangsa kalau mahasiswa sendiri tak lagi mampu membaca baik tekstual maupun kontekstual? Mahasiswa mana yang mampu memimpin suatu bangsa kalau mahasiswa sendiri tak lagi memiliki suatu keilmuan? Ini adalah tantangan  besar yang harus dijawab bersama oleh para mahasiswa dengan cara bagaimana mereka mau menggali berbagai macam keilmuan dengan kemudian melakukan pengamalan dan pengabdian.

Pantas kiranya kalau dikatakan bahwa manusia sekarang tak lebih pintar dari manusia zaman dulu ini adalah sebuah statemen yang sangat menggugah dan menggelitik bagi orang-orang yang masih berakal agar kita tidak menjadi manusia-manusia jahiliyah di abad modern tentunya. Tidak ada kata terlambat untuk sejenak menoleh ke belakang, nampaknya kita harus sadar diri, kita harus mendaur ulang niat kita yang sudah agak melenceng kita harus melihat sejarah agar ghirah kita tetap hidup.

Sebuah fakta dan realita, tak jarang ditemui sarjana-sarjana pengangguran yang terjebak dalam kebingungan, bingung akan apa yang harus mereka lakukan dan mereka abdikan dalam masyarakat, tak pelak banyak dari mereka terkadang mengkambing hitamkan perguruan tinggi yang dinilai kurang mampu menjembatani dan menyalurkan para lulusanya. Sebenarnya hal semacam ini bukanlah mutlak kesalahan yang dapat di lontarkan pada perguruan tinggi karena keilmuan atau intelektualitas mahasiswapun perlu dipertanyakan, bagaimana mereka menjalani proses selama masa perkuliahan? inilah yang harus menjadi refleksi bagi kita sebagai bentuk tanggung jawab seorang mahasiswa.

Waspadalah!!! 
“KEBODOHAN AKAN MEMBAWA KEBUNTUNGAN DAN KEILMUAN AKAN MEMBAWA KEBERUNTUNGAN”

-Muhlisin
Editor LPM BURSA
Mahasiswa Fakultas Syari’ah Semester V

0 Comments