Nama : H. Ali Irfan Mukhtar, BA.
TTL : Jepara, 15 Oktober 1941
Alamat : Jl. Ratu Kalinyamat KM.1 Krapyak Jepara
Hobby : Membaca, main bridge
Motto Hidup : kesederhanaan adalah pangkal segala keindahan
Jenjang Pendidikan:
- SR (Sekolah Rakyat) Mantingan Jepara tahun 1954
- SMPN Jepara tahun 1957
- SGAN Semarang tahun 1960
- PGSIP N Kudus tahun 1968
- IKIP Surakarta tahun 1971
Organisasi/Jabatan:
- Dan Yon Banser 1971
- Sekretaris Cabang NU 1974
- Ketua Presidium KAPI 1966
- Sekretaris LP Ma’arif Cab. 1968
- Ketua Umum YAPTINU 2010 sampai sekarang
- Ketua Umum KONI Kab. Jepara sampai sekarang
- Ketua BAZ Kab. Jepara sampai sekarang
TTL : Jepara, 15 Oktober 1941
Alamat : Jl. Ratu Kalinyamat KM.1 Krapyak Jepara
Hobby : Membaca, main bridge
Motto Hidup : kesederhanaan adalah pangkal segala keindahan
Jenjang Pendidikan:
- SR (Sekolah Rakyat) Mantingan Jepara tahun 1954
- SMPN Jepara tahun 1957
- SGAN Semarang tahun 1960
- PGSIP N Kudus tahun 1968
- IKIP Surakarta tahun 1971
Organisasi/Jabatan:
- Dan Yon Banser 1971
- Sekretaris Cabang NU 1974
- Ketua Presidium KAPI 1966
- Sekretaris LP Ma’arif Cab. 1968
- Ketua Umum YAPTINU 2010 sampai sekarang
- Ketua Umum KONI Kab. Jepara sampai sekarang
- Ketua BAZ Kab. Jepara sampai sekarang
=========================================================================
Beberapa hari ini ketenangan para civitas akademik terusik dengan adanya issu akan berdirinya sekolah tinggi (STIKIP) di kecamatan Kalinyamatan Jepara, untuk menanggapi issu tersebut tim redaksi berkunjung ke kediaman bapak H. Ali Irfan Mukhtar, BA. Selaku ketua umum Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama’ (YAPTINU) Jepara.
Menurut beliau, “sebenarnya adanya sekolah tinggi di Kalinyamatan tersebut adalah inisiatif dari kami (yaptinu_red) sendiri.” Ada beberapa hal yang melatar belakangi pendirian sekolah tinggi tersebut, pertama, dikarenakan semakin dibutuhkannya tenaga didik yang berbasis informatika, hal ini dirasa sangat penting guna menunjang kualitas anak didik apalagi di zaman yang sudah canggih sekarang ini.
Kedua, kabupaten Jepara dinilai masih kekurangan tenaga didik terutama untuk sekolah-sekolah swasta, hal ini bisa dilihat dari data statistik di Jepara tercatat setiap tahunnya kurang lebih ada sekitar 700-an tenaga didik yang mengalami masa purna bakti (pensiun_red). Jadi adanya sekolah tinggi tersebut tiada lain adalah untuk menciptakan guru-guru yang professional sekaligus guna mengatasi problem kurangnya tenaga pengajar di Jepara tersebut. Imbuh orang nomor satu YAPTINU.
Kalinyamatan (Yayasan Al-Falah_red) menjadi lokasi berdirinya sekolah tinggi tersebut, memang secara kebetulan ada teman beliau yang bersedia membantu terutama orang-orang dari yayasan Al-Falah yang telah memberikan fasilitas berupa gedung perkuliahan serta beberapa ruang laborat dan berbagai sarana dan prasarana yang lain. Disamping itu juga adanya dukungan dari masyarakat sekitar.
Namun setelah ditinjau ulang, ternyata membangun STIKIP jauh lebih rumit dibandingkan dengan menjadikan INISNU sebagai Universitas. Disatu sisi, bukan hal yang mudah untuk menjadikan INISNU sebagai suatu Universitas, disamping sarana dan prasarana yang belum memadai juga paling tidak harus memiliki sepuluh fakultas, diantaranya enam fakultas eksak yang mencakup TiK, ddesain dan mesin serta empat fakultas social. Namun semua ini masih dalam proses pengajuan pada kementerian yang terkait dengan bimbingan dari Drs. Handoyo, Phd.
Untuk nama universitas (jelmaan dari INISNU_red) nanti ada yang mengusulkan menjadi UNISNU (Universitas Islam Nahdlatul Ulama’), ada UNISNU Kartini (Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ Kartini), ada UNISNU Bumi Kartini, ada UNU (Universitas Nahdlatul Ulama’) dan masih banyak lagi. Tetapi semua nama tersebut masih dalam perdebatan.
Menurut beliau yang pernah menjadi orang nomor dua di Jepara ini, rencana dari pihak YAPTINU akan mengadakan jajak pendapat dengan para civitas akademik, tapi untuk waktunya belum dipastikan. Namun saran dari PBNU agar nanti seandainya benar-benar menjadi universitas, untuk nama jangan sampai meninggalkan embel-embel “NU”, sedangkan dari pihak yayasan sendiri (YAPTINU_red) sebisa mungkin tidak meninggalkan kata “ISLAM”. Imbuh penyuka bridge ini. (Otk_red)
0 Comments