Profil Ibu Profesional Jepara (IPJ)

“Komunitas Ibu Profesional Jepara menjadi tempat belajar ibu, istri dan perempuan dalam mengatasi permasalahan seputar parenting. Dengan memaksimalkan teknologi informasi dan komunikasi, menjadikan lebih percaya diri dan mandiri secara financial serta mampu memberi manfaat bagi masyarakat disekitarnya di lingkup kabupaten Jepara.”

Apa yang terlintas dalam benak Anda jika mendengar istilah “ibu rumah tangga”? apakah yang terbayang adalah perempuan pengangguran, memakai daster, menjadi tukang masak, tukang bersih-bersih rumah, bendahara keluarga, sampai tukang ojek antar jemput anak sekolah maupun les? Tidak dapat dipungkiri, itu merupakan gambaran yang ada di benak masyarakat pada umumnya, termasuk ibu rumah tangga itu sendiri.

Meskipun kebanyakan orang masih menganggapnya sebelah mata, sesungguhnya menjadi ibu rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Menjadi seorang ibu rumah tangga merupakan sebuah profesi yang membutuhkan profesionalitas seorang perempuan dalam mengabdikan dirinya bagi keluarga. Karena menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan yang sangat luar biasa bukan didasarkan atas keterpaksaan. Ibu rumah tangga merupakan suatu pekerjaan yang sangat mulia dibandingkan pekerjaan apapun di dunia ini dan itu merupakan tugas yang harus dikerjakan oleh seorang wanita. Semua urusan mulai dari hal kecil hingga urusan yang rumit harus bisa ditangani dengan cerdas dan trampil. Terutama dalam mengurus dan mendidik anak.

Al ummu madrasatul ‘ula. Ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Seorang ibu tidak hanya harus pintar dalam mengurus Rumah tangga, tapi juga pandai dalam mendidik anak agar menjadi generasi yang cerdas dan shaleh. Butuh sikap professional dalam mendidik mereka.

Memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya merupakan salah satu definisi dari kata Profesional. Seorang ibu akan semakin bangga menjalankan aktifitas mendidik anak dan mengelola keluarganya dengan berlandaskan sebuah ilmu. Maka tidak berlebihan jika ada ‘sekolah’ yang dapat menjadi wadah bagi para ibu untuk menimba ilmu. Karena ibu rumah tangga itu merupakan sebuah profesi maka membutuhkan keprofesionalan.

Hal inilah yang menjadi ide awal pembentukan Institut Ibu Profesional (IIP) yang digagas Septi Peni Wulandari. Institut ini bukan merupakan sebuah lembaga formal yang kemudian menyandangkan gelar diploma, sarjana, apalagi master kepada mahasiswanya. Tidak ada gelar duniawi yang akan didapatkan usai menempuh pendidikan di institut ini.

Sejak dibentuknya, komunitas ini telah memiliki belasan cabang di berbagai kota/kabupaten dan juga luar negeri. Salah satu cabang tersebut berada di Jepara, yang di-lounching pada tanggal 24 Februari 2013 di Pendopo Kabupaten Jepara.

“Institut Ibu Profesional Jepara adalah komunitas para ibu dan calon ibu yang selalu meningkatkan kualitas diri dan keluarganya dengan ilmu yang bermanfaat. Sehingga bisa menjalankan aktivitas keluarga secara profesional,” terang Tahiyatur Ratih selaku ketua learning center komunitas Ibu Professional Jepara.

Sejak dibentuk, komunitas ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Hingga kini, tercatat lebih dari 300 anggota yang telah bergabung dan merasakan manfaat dari setiap kegiatan komunitas Ibu Profesional Jepara (IPJ). Satu di antaranya adalah Ibu Laila, yang pola pikirnya berubah 180 derajat setelah mengikuti kuliah Ibu Professional. Ibu Laila mulai paham akan pola parenting yang baik, sehingga tidak lagi marah atau memukul anaknya dengan mudah karena hal sepele. Beliau juga berubah dari seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya diisi dengan ngerumpi dan berkeluh kesah perihal ekonomi, menjadi Ibu Laila yang lebih berpikir visioner, bahkan dengan jiwa wirausahanya berusaha mencari kesibukan untuk menambah penghasilan keluarganya dengan berdagang baju. Dan masih banyak cerita mengenai Ibu Laila-Ibu Laila yang lainnya.



Aktifitas

“Komunitas ini mengadakan kuliah rutin setiap dua minggu sekali, dengan mengacu pada kurikulum Ibu Profesional, yakni Bunda Sayang, Bunda Cekata, Bunda Produktif dan Bunda Solekhah.” Jelas Bunda Ratih saat ditemui di Perpustakaan Daerah Jepara, markas sekaligus tempat diadakannya kuliah rutin.

“Kami percaya good is not enough anymore, we have to be different, model kuliah kami adalah webinar via teleconference WizIQ, pematerinya ada di luar kota. Tampilan WizIQ adalah dalam satu layar webinar tampak slide powerpoint, area chatting dan video. Dengan memanfaatkan teknologi para peserta semakin tergerak untuk meningkatkan kualitas dan dinamis tidak tertinggal dengan cepatnya pergerakan teknologi. Cara kuliah kami yang berbeda, mampu menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat luar untuk bergabung,” imbuhnya.

Selain kuliah rutin, Komunitas IPJ juga mengadakan kuliah umum setiap tiga bulan sekali. Tema yang dibahas seputar pendidikan anak dan keluarga, dengan mendatangkan pembicara ahli dari daerah setempat.

Sadar bahwa anggota yang hadir dalam perkuliahan adalah ibu-ibu yang tinggal di area kota, sedangkan ibu-ibu dipedeasaanlah yang lebih membutuhkan informasi ini. Akhirnya dibuatlah bulletin Ibu Profesional Jepara, terbit setiap satu bulan sekali sejak bulan Mei 2014 dan dibagikan secara gratis.

Berkat penyebaran dari bulletin yang dilakukan oleh anggota dengan sukarela, kini bulletin ini juga menjadi materi isian di PKK, Dharma Wanita, dan kumpulan ibu-ibu yang lainnya. Bahkan mucul permintaan untuk mendirikan komunitas IPJ di desa, agar ekspansi lebih luas. Kini telah berdiri dua pos Ibu Profesional, yakni di Desa Wedelan dan Desa Krapyak.

Selain kegiatan di atas, Komunitas IPJ juga kerap mengadakan kegiatan lain seperti Workshop, seminar nasional, fieltrip / study banding, family gathering dan masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan secara berkala.

“Setelah mengikuti berbagai kegiatan di Ibu Profesional, seorang Ibu diharapkan sudah memiliki kemampuan untuk mendidik dan mengembangkan anak-anaknya serta memiliki kemampuan untuk mengelola keluarga dengan sangat baik. Ibu yang sudah berkompeten dengan dua hal tersebut pasti akan meningkat rasa percaya dirinya dan akan memiliki semangat untuk terus menerus mengmbangkan diri, sehingga sang ibu diharapkan bisa menjadi Agen of Change (agen pembawa perubahan) bagi diri, keluarga dan masyarakat disekitarnya. Hal tersebut akan meningkatkan kualitas hidup, karena akan meningkat pula akhlak mulianya,” ulasnya.


0 Comments