Maraknya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak direspon baik oleh Badan Semi Otonom (BSO) Forum Kajian Gender (FKJ) PMII jepara yang bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ dengan membuat agenda Seminar dan pelatihan yang bertema “Lindungi Anak dan Perempuan Untuk Indonesia yang Lebih Baik”. Acaranya sendiri di gelar pada hari sabtu (10/5) di lantai 2 gedung Fakultas Sain dan Teknologi dengan menghadirkan Dra. Sri Utami, MM. (Kabid PP & PA) dan Hindun anisah, MA. sebagai Narasumber.
Seminar
Dalam pemaparan Pemateri Dra. Sri Utami, MM. (Kabid PP & PA) mengatakan Sejak tahun 2006 hingga saat ini rata-rata terdapat 2 sampai 4 anak mengalami tindak kekerasan setiap hari, Lebih dari seperempat anak perempuan mengalami perkosaan, Jumlah anak yang berkonflik dengan hukum mencapai 4.277 anak, hal ini berarti setiap hari terdapat 11 s.d 12 anak berkonflik dengan hukum (Bareskrim Polri), sementara itu anak yang hidup di penjara hingga saat ini mencapai 13.242 anak, di sektor pendidikan pun anak-anak masih banyak yang tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan. Angka partisipasi murni dari Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang masih besar.
Ini sunguh ironi ketika anak-anak yang seharusnya belajar dan menikmati masa anak-anaknya harus mengalami kekerasan dan tekanan batin sehingga menimbulkan keguncangan kejiwaan anak-anak tersebut dalam menjalani kehidupan kedepan.
Dalam pemaparannya, Hindun Anisah, MA mengatakan “Penyebab utama terjadinya KBGA (Kekerasan Berbasis Gender dan Anak) adalah adanya relasi yang tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan, antara orang dewasa dan anak-anak di mana perempuan dan anak berada dalam “posisi tawar” yang lemah”. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan mengakui adanya keadilan Gender, sebagian warganya masih menganggap bahwa posisi wanita lebih rendah dari laki-laki sehingga banya kasus yang terjadi di negeri ini. Dan yang melatar belakangi adanya Kasus Perdangan anak (Child Traficcking) di Indonesia yaitu:
1. Kurangnya Kesadaran
Banyak warga Indonesia masih belia yang bermigrasi untuk mencari kerja, baik itu di negeri sendiri maupun sampai ke luar negeri. Dan di Indonesia sendiri banyak yang tidak mengetahui modus-modus perbudakan Modern.
Respon FKJ Terhadap Kekerasn anak yang semakin marak |
Seminar
Dalam pemaparan Pemateri Dra. Sri Utami, MM. (Kabid PP & PA) mengatakan Sejak tahun 2006 hingga saat ini rata-rata terdapat 2 sampai 4 anak mengalami tindak kekerasan setiap hari, Lebih dari seperempat anak perempuan mengalami perkosaan, Jumlah anak yang berkonflik dengan hukum mencapai 4.277 anak, hal ini berarti setiap hari terdapat 11 s.d 12 anak berkonflik dengan hukum (Bareskrim Polri), sementara itu anak yang hidup di penjara hingga saat ini mencapai 13.242 anak, di sektor pendidikan pun anak-anak masih banyak yang tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan. Angka partisipasi murni dari Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang masih besar.
Ini sunguh ironi ketika anak-anak yang seharusnya belajar dan menikmati masa anak-anaknya harus mengalami kekerasan dan tekanan batin sehingga menimbulkan keguncangan kejiwaan anak-anak tersebut dalam menjalani kehidupan kedepan.
Dalam pemaparannya, Hindun Anisah, MA mengatakan “Penyebab utama terjadinya KBGA (Kekerasan Berbasis Gender dan Anak) adalah adanya relasi yang tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan, antara orang dewasa dan anak-anak di mana perempuan dan anak berada dalam “posisi tawar” yang lemah”. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan mengakui adanya keadilan Gender, sebagian warganya masih menganggap bahwa posisi wanita lebih rendah dari laki-laki sehingga banya kasus yang terjadi di negeri ini. Dan yang melatar belakangi adanya Kasus Perdangan anak (Child Traficcking) di Indonesia yaitu:
1. Kurangnya Kesadaran
Banyak warga Indonesia masih belia yang bermigrasi untuk mencari kerja, baik itu di negeri sendiri maupun sampai ke luar negeri. Dan di Indonesia sendiri banyak yang tidak mengetahui modus-modus perbudakan Modern.
2. Kemiskinan
Banyak warga Indonesia yang hidup di bawah batas ambang kemiskinan sehingga banyak juga warga yang memperkerjakan anaknya untuk membantu menopang hidup mereka
3. Ingin Cepat Kaya
Mindset (Pola Pikir) keinginan cepat kaya mengubah pola kehidupan masyarakat dengan bermigrasi tanpa mereka ketahui bahaya besar dari child Traficcking.
4. Faktor budaya
Budaya yang mengakatan bermigrasi akan membuat orang menjadi kaya secara lebih muda menimbulkan banyak Migrasi tanpa mengindahkan Bahaya Child Traficcking.(RS/Muwasaun)
0 Comments