Oleh: Makmun Aryadi
Tahunan - kegelisahan civitas akademika menyoal tentang isu suksesi (peralihan jabatan birokrasi pimpinan kampus), bukanlah suatu hal yang transparan bagi mahasiswa pada umumnya, disadari atau tidak suksesi yang hanya sebagian saja menimbulkan tanda tanya besar yang harus segera dijawab oleh para pimpinan.
Suksesi, bagi civitas akademik bukanlah suatu hal yang perlu ditutup-tutupi, bahkan sebaliknya harus dipublikasikan pada masyarakat kampus keseluruhan guna menghindari hal-hal yang konotasinya negatif. Hal ini terjadi di kampus tercinta kita (INISNU Jepara) peralihan atau pergantian jabatan atau bahasa kampusnya adalah SUKSESI yang “konon” dilakukan dengan keseluruhan , tetapi realita yang ada pergantian jabatan justru hanya terjadi di Pembantu Rektor III (dulu Drs. H.A. Bahrowi, TM., M.Ag. sekarang dijabat oleh Dr. H. Masyhudi, M.Ag.), Dekan Fakultas Syari’ah (dulu Drs. K.H. Chumaidurrahman sekarang dijabat oleh Drs. H.A. Bahrowi, TM., M.Ag.) dan Pembantu Dekan I & II Fakultas Syari’ah (dulu Dr. H. Masyhudi, M.Ag. sekarang dijabat oleh Syaifurahman, S.Ag., M.Pd.) saja.
Pertanyaan besar yang timbul belakangan ini, kenapa yang terjadi pergantian hanya bapak-bapak itu saja? Ada apa dengan yang lainnya?. Kita sudah merasakan bersama bahwa menejemen birokrasi yang ada di kampus kita ini jauh dari kata “profesional”, kenapa ini masih dijadikan QIBLAT berbirokrasi? Bukankah itu suatu hal yang tragis ketika kita ingin melangkah menjadi sebuah Universitas, sementara menejemen kampus kita masih menggunakan menejemen semacam ini?.
Di lain sisi, perekrutan pegawai/staf institute juga menjadi sorotan yang tidak kalah menggelitiknya dan menjadi buah bibir di sudut halaqoh-halaqoh mahasiswa. Ada apa disana? Itu sesuatu hal yang memang bukan orientasi kita dalam menimba ilmu di dunia akademik, tetapi kita perlu ketahui bersama bahwa perekrutan pegawai yang ada itu tidak berdasarkan standar kepegawaian yang jelas, tetapi sistem-sistem nepotisme tersampaikan jelas disana. Sebagian besar pegawai/staf di INISNU diangkat berdasarkan asas kekeluargaan .
Secara fungsional, sebuah perguruan tinggi harusnya dikelola secara professional bukan dijadikan sebuah asset keluarga yang dapat diwariskan secara turun menurun. Hal semacam ini hampir sama dengan menejemen yang ada pada sebuah kerajaan jawa tempo dulu yang mana seorang raja mewariskan tahta kerajaannya kepada putra mahkota.
Ini menjadi refleksi bersama bagi seluruh civitas akademika, Apakah hal semacam ini akan kita lestarikan? Ataukah kita harus merubahnya secara frontal? Jawabannya ada didalam hati kecil sahabat-sahabati semua yang mengelu-elu sebuah perubahan menuju kemajuan INISNU Jepara.[Ar/rsy]
- Makmun Aryadi
Pimpinan Umum LPM BURSA Periode 2011-2012
Mahasiswa Fakultas Syari’ah Semester V
0 Comments