Makna Merdeka di Tengah Dunia Elektronik

 


Merdeka! , satu kata yang diraih dengan perjuangan panjang dan ribuan nyawa, jeritan lapar, dan tangis penderitaan penduduk negeri.  Hari ini, di  bawah langit yang sama, 75 tahun yang lalu untuk pertama kalinya sang Merah Putih berkibar dan kata merdeka diucapkan dengan bangganya. Hari ini kami mengulang sejarah itu, tanpa derum senjata tentunya namun sebuah pandemi memaksa kita untuk duduk diam dirumah saja. Tidak ada ratusan putra putri bangsa yang berjalan selaras mengibarkan sang Saka di Istana Negara. Tak ada teriakan semangat anak-anak mengikuti Lomba Tujuh Belasan. tak ada pawai ataupun karnaval dalam menyambut kemerdekaan. Semua dilakukam secara virtual melalui media elektronik bernama Internet. 

Menurut saya, makna kemerdekaan yang sebenarnya tidak hanya tentang upacara bendera, pasukan paskibraka yang mengibarkan bendera dengan sempurna di Istana Negara, lomba makan kerupuk, atau karnaval yang menampilkan berbagai karya seni serta kebudayaan. Namun lebih dari itu adalah memaknai kemerdekaan dengan lebih menumbuhkan rasa cinta tanah air, menghargai perbedaan dan keberagaman yang ada di Indonesia, belajar dengan rajin, serta mengasah potensi diri agar dapat mempersembahkan yang terbaik untuk negeri. 

Seperti yang dikatakan R.A.  Kartini, "Raga boleh terpasung, tapi pikiran harus terbang sebebas-bebasnya". Pandemi memang  mengharuskan kita di rumah saja namun pemikiran dan hati kita harus tetap bisa melanglangbuana. Melalui tulisan kita bisa berkeliling dunia, itu artinya melalui tulisan pula kita bisa menyambut kemerdekaan tanpa mengurangi kesakralannya. Menuangkan pikiran dalam goresan pena dan lautan aksara lalu menerbangkannya ke berbagai media elektronik adalah cara terbaik yang bisa dilakukan saat ini sebab dunia memang sedang menjadi dunia elektronik. 

(ILN/LPM Bursa)

0 Comments