Tadarus Gus Dur; Meneladani Gerakan dan Pemikiran K. H Abdurrahman Wahid


Road Show Tadarus Gus Dur, kamis, (9/7) di Ponpes Darussa'adah Bugel
LPMBURSA.COM, Jepara- Kamis 9/07, Komunitas Gusdurian Jepara adakan Road Show di bulan puasa. Agenda ini mengenalkan nilai-nilai dan melestarikan pemikiran Gus Dur. Bertempat di Pondok Pesantren Putri Darussa’adah Bugel Kedung Jepara. Dengan tema “Ngaji Gus Dur: Tadarus Kemanusiaan, Budaya dan Islam Indonesia”. Rangkaian acara tersebut dibuka pukul 14.00 WIB, hingga buka bersama. 

Pada Road Show tersebut Gusdurian dan Lakpesdam NU Jepara menghadirkan pembicara dari kultur yang berbeda. Pertama, Nur Kholis (Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UNISNU Jepara) perwakilan akademisi. Kedua, Sholahuddin Muhsin (Pengasuh Pondok Pesantren Al-mustaqim Bugel) perwakilan santri. Ketiga, Danang Kristiawan budayawan sekaligus pemerhati Gus Dur. Dalam acara tersebut, di ikuti 30 santriwati Pondok Pesantren Darussa’adah.

Pembicara pertama, menjelaskan Gus Dur sebagai pejuang kemanusiaan dan membela kaum minoritas. Sedangkan pembicara kedua menjelaskan bahwa pondok pesantren sebagai pembentuk karakter serta transfer pengetahuan, akhlaq dan kebiasaan. Selain itu, Gus Dur memperkenalkan pesantren kepada dunia luar. Pembicara ketiga memandang Gus Dur sosok yang rendah hati, menghormati semua golongan.

Memahami Abdurrahman Wahid yang kerap disapa Gus Dur- dengan segala kompeksitas dalam kepribadiannya sebagaimana penuturan Greg Barton (2002: 21) sering kali mengecoh para pemerhati Islam Indonesia baik dari dalam maupun luar negeri. Gagasan-gagasannya yang segar dan pikiran-pikirannya yang jauh kadang membuat masyarakat sulit mengikuti dan memahaminya. Demikian juga perilakunya yang melampaui kelaziman (Al-Zastrouw Ng.: 1999).

Fenomena ini sejatinya tidak mengagetkan, sebab Gus Dur yang sedari awal telah dikenal sebagai pewaris “darah biru” ulama Nusantara (baca: Kyai), dalam perkembangannya bermetamorfosis menjadi intelektual, politisi, budayawan, bahkan tidak sedikit warga nahdliyyin yang menyematkan sebutan “wali” kepada cucu pendiri jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU), Hadaratus Syaikh Hasyim Asy’ari ini. 

Berlangsungnya acara tersebut tidak luput dari Antusias para santriwati PP Darussa’adah. Melalui sesi tanya jawab terjadi dialog yang merubah suasana menjadi serius. Mila (santriwati PP Darussa’adah) menanyakan bagaimana pemikiran Gus Dur hingga dapat menginisisasi atau berkontribusi untuk agama lain. Disambung pertanyaan oleh para santri yang lain, sekaligus mengakhiri acara tersebut. (Red)

0 Comments