KTM Lamban jadi?

LPMBURSA.COM - Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) keberadaannya sangat penting bagi Mahasiswa. KTM sebagai bukti autektik bahwa Mahasiswa yang bersangkutan telah terdaftar di Perguruan Tinggi terkait. Selain itu KTM juga berfungsi sebagai tanda pengenal dan untuk mendapatkan pelayanan fasilitas administrasi di Perguruan Tinggi.
Saat ini Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara mewacanakan KTM Elektrik. Artinya, selain sebagai tanda pengenal mahasiswa, KTM ini berfungsi juga sebagai Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dalam hal pembayaran biaya perkuliahan. Jadi nanti KTM Elektrik ini akan dikolaborasikan dengan pihak Bank yang ditunjuk oleh Universitas sebagai tempat pembayaran biaya akademik.

Hal ini sangat mempermudah Mahasiswa dalam melakukan registrasi. Kalau biasanya Mahasiswa saling berdesakan di Bagian Keuangan untuk membayar biaya akademik (registrasi), sekarang sudah tidak demikian jika Mahasiswa tersebut telah mempunyai KTM. Mahasiswa nantinya hanya pergi ke ATM untuk mentransfer biaya akademik yang ditanggung tanpa harus berdesak-desakan.

UNISNU telah menunjuk Bank yang diberi tanggungjawab untuk melayani pembayaran biaya akademik dari Mahasiswa, yaitu Bank Jateng. Kaitannya dengan KTM, Bank Jateng nanti yang akan mengeluarkan KTM Elektrik berbentuk ATM yang berfungsi seperti yang dijelaskan diatas.

Namun, niatan baik dari Universitas tidak semulus seperti yang diharapkan yang saat ini terjadi dilapangan. Ada beberapa masalah dalam wacana KTM Elektric ini, antara lain:

Pertama, adanya biaya pembuatan yang kurang sepaham dengan Mahasiswa utamanya yang sudah semester atas. Jadi biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 50.000 ini nanti sebagai saldo rekening pribadi Mahasiswa yang bersangkutan. Mahasiswa yang sudah mencapai semester atas “enggan” untuk membuat KTM ini, mereka masih tetap menggunakan KTM yang lama. Karena selain harus membayar prosesnya yang terlalu lama dari awal pembuatan sampai jadi.

Kedua, tidak semua Mahasiswa menginginkan KTM Elektric. Bahwa mahasiswa tidak serempak sepakat tentang wacana yang terlanjur teralisasi ini. Karena mahasiswa yang notabene kaum menengah kebawah masih kesulitan untuk membayar biaya akademik justru ada tanggungan harus merawat Rekening yang jadi satu dengan ATM, meskipun kalau tidak diisi saldo bukan merupakan permasalahan.

Ketiga, Universitas kurang tepat dalam menunjuk Bank. Saat ini yang ditunjuk oleh UNISNU adalah Bank Jateng untuk melayani administrasi pembayaran biaya akademik yang ditanggung oleh setiap Mahasiswa. Bank Jateng lah yang nantinya mengeluarkan KTM Elektric tersebut. Mahasiswa secara otomatis akan mempunyai Nomor Rekening baru seiring dengan diterimanya KTM Elektric. Namun, saat ini salah satu syarat dalam penerimaan Beasiswa adalah mahasiswa harus mempunyai rekening pribadi, karena beasiswa yang dikucurkan nanti langsung ke Rekening pribadi mahasiswa yang bersangkutan. Hali ini dilakukan agar tindakan penyalahgunaan dapat diminimalisir oleh pemerintah. Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah dalam penerimaan beasiswa ini adalah Bank yang sudah bertaraf Internasional, seperti BRI, BNI dan Mandiri (beasiswa tahfidz dan tidak mampu dari Kementrian Agama). Jadi Mahasiswa harus membuat Nomor Rekening baru karena Rekening yang dimiliki bukan bertaraf Internasional. Bukan kemudian mengatakan Bank yang ditunjuk oleh UNISNU tidak Internasional, namun Bank ini tidak termasuk dalam sekala Nasional yang dipandang Pemerintah dalam pelaksanaan beasiswa tersebut. Kalau memang wacana itu betul-betul direalisasikan maka Universitas harus mempertimbangkan Bank mana yang pantas untuk ditunjuk dan berskala nasional.
Keempat, lamanya proses pembuatan. Mahasiswa yang saat ini sudah menduduki semester 4 sudah membayar namun tetap belum mendapatkan KTM elektrik tersebut. Hal tersebut juga dirasakan oleh mahasiswa semester 2 di Fakultas Syari’ah dan Hukum. Walaupun sekarang masih dalam proses perijinan di Jakarta oleh pihak Bank seperti yang sempat dilontarkan Bapak Amin (salah satau pegawai di Biro 3 yang juga menangani bagian KTM) beberapa waktu yang lalu saat diskusi dengan beberapa mahasiswa di lantai 2 Gedung Rektorat. Namun apabila wacana tersebut sudah matang dibahas dan siap dilaksanakan seharusnya proses perijinan sudah dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan seperti saat ini.

Wacana ini sebenarnya sangat bangus namun masih perlu beberapa pembenahan, seperti proses pembuatannya yang dipercepat, biaya yang ringan dan Bank yang ditunjuk mempunyai skala yang nasional. Penulis yakin jika hal tersebut dilaksankan dengan baik maka akan disambut gembira oleh seluruh mahasiswa. (RS/Gus)

0 Comments