Aku Ingin Tetao Melihat Dirimu

Siti Jamilah,  anak tunggal dari keluarga terpandang di lingkungannya, adalah perempuan yang cerdas, pintar dan mudah bergaul dengan sesamanya. keceriaan serta kegembiraan memancar dari raut wajahnya, selaksa indahnya terbit mentari di ufuk timur.

Namun, semenjak sepeninggal ayahnya, Jamilah dan  keluarganya  berubah drastis. Jamilahpun merasa menjadi tertekan karna keadaan keluarganya. Hal ini membuat Jamilah berubah menjadi sosok yang nakal dari biasanya.

Kegiatan malam seperti dugem, mabuk-mabukan dan memulai memakai obat-obatan telah menjadi rutinitas Jamilah. Berawal dari inilah akhirnya kehidupan Jamilah menjadi liar, dunia malam menjadi sebuah makanan pokok untuknya dan selalu ia lakukan di setiap harinya.

2 Tahun Kemudian
Ibu Aqila (ibu Jamilah) semakin resah karena sikap dan perubahan Jamilah yang begitu drastis, berfoya-foya, pergi malam dan pulang pagi, susah diatur dan tidak berperasaan. Yang akhirnya membuat ibu aqila frustasi.

Di sela keputus asaan ibu Aqila ini, datanglah seorang teman lamanya, sebut saja ibu Syifa, ya mereka adalah teman akrab semasa dipesantren dulu. Akhirnya Ibu Aqila dengan berlinang air mata menceritakan semua tentang Jamilah kepada ibu Syifa, dan ibu Syifa pun menawarkan sebuah solusi yang cukup bagus,

 “Ya sudah bu, begini saja, insyaallah sebentar lagi kan anak saya yang baru menyelesaikan study nya di Mesir datang, bagaimana kalau nanti dia saya suruh tinggal di sini untuk membimbing Jamilah kembali ke jalan yang benar, ya semoga saja ini bisa berjalan lancar” ucap ibu Syifa
“boleh saja bu, tapi apa anak ibu mau tingal di sini…??” balas bu Aqila
 “Insya Allah mau bu, ya sekalian juga dia cari-cari kerja di sini”
 Akhirnya ibu Aqila menyetujui usulan tersebut.
1 minggu kemudian
“Jamilah…. Jamilah…. Sini nak”, bu Aqila seraya memanggil, “Ada apa sih mah, pagi-pagi sudah ribut saja”, jawab Jamilah kesal. “ini lho, kenalin anaknya temen mamah, dia baru datang dari mesir tadi malam”.
“Ja'far” seraya melipatkan tangan di atas dadanya memperkenalkan diri .
“oohh, gue Jamilah” jawab Jamilah.
“Untuk sementara waktu ini mas Ja'far akan tinggal bersama kita sambil dia mencari pekerjaan, jadi mamah harap kamu bersikap baik padanya”. Ucap bu Aqila.
“Haduuuhh,, ngapain sih mah ngurusin anak orang lain, anak sendiri aja gak mamah urus.” Jawab Jamilah kesal.
“bukan begitu nak, rumah mas Ja'far kan jauh di Surabaya sana, sedangkan di sana tidak ada pekerjaan yang cocok untuknya, jadi mamah menawarkan diri untuk ini, ya kan kamu juga ada temannya nanti”.
“ada teman atau tidak sama saja mah buat Jamilah”. Sambil membanting pintu kamarnya.
“ya begitulah mas Ja'far kelakuan anak saya, saya sudah bingung harus berbuat apa” ucap bu Aqila.
“tidak apa-apa bu, namanya anak muda memang jiwanya ingin bebas” jawab Ja'far dengan senyuman kecilnya.
“Ya sudah, ini kamar kamu, seraya menunjuk kamar yang akan di tempati Ja'far yang berada tepat di samping kamar Jamilah, anggap saja ini rumah kamu sendiri, kalau ada yang ingin kamu butuhkan bilang saja” lanjut bu Aqila.
“baik bu, terima kasih banyak”

Hari demi hari terus berlalu, kegiatan di rumah ibu Aqila pun berubah, setiap pagi, Ja'far terbangun sebelum Jamilah dan ibunya terbangun, lalu membereskan rumah bahkan memasak, sehingga membuat ibu Aqila yang sehari-harinya hanya memikirkan pekerjaannya itu pun merasa senang.

Kegiatan malam Jamilah pun berjalan seperti biasanya, namun adanya Ja'far di rumah ini membuat Jamilah pusing tujuh keliling, karena di pagi hari sebelum Jamilah dan ibunya terbangun selalu ada lantunan Ayat Suci Al-Qur'an yang di bacakan ja'far sehingga membuat Jamilah begitu marah.

Suatu pagi Jamilah yang baru datang dari dunia malamnya hendak tertidur, namun ia di kejutkan dengan bacaan ayat Al-qur'an yang dibacakan oleh Ja'far, Jamilah pun marah besar dan terbangun dari tempat tidurnya menuju kamar Ja'far.

Tokk… Tok… Tokk….
“Wooyyy…. Brisik banget sih loe, ganggu orang tidur saja. Loe tahu ga ini baru jam 3 pagi.” Ucap Jamilah kesal sambil mengetuk pintu kamar Ja'far.
 “Assalamu'alaikum Jamilah…” jawab Ja'far seraya membukakan pintu kamarnya.
“Loe bisa gak sih, gak ganggu tidur gue”.
“Maaf Jamilah, bila bacaan Al-qur'an saya terlalu keras dan mengganggu tidur kamu”.
“Iya sangat mengganggu loe tahu itu.”
“sekali lagi saya minta maaf”.
“awas kalo gue denger bacaan itu lagi, gue usir loe dari rumah gue”.
“baik Jamilah”.
lalu Jamilah pun melanjutkan tidurnya.

Ketika baru saja akan memejamkan mata, gangguan itu kembali datang, suara ketukan pintu kembali membuat Jamilah semakin marah,,

Tok.. Tok… Tok…
“Jamilah, sudah shubuh, ayo kita sholat bareng” ucap Ja'far
“Aaarrrgghhh…. Brisik banget sih loe dari tadi, kalo loe mau sholat, ya sholat saja sana, jangan loe ganggu-ganggu gue”. Jawab Jamilah dari balik pintu
“Tidak baik jika lebih mementingkan tidur daripada sholat”
“AAhhh…. Terserah gue, mau tidur kek, mau sholat kek, itu urusan gue, loe gak berhak atur hidup gue, ngerti loe.!!”
“baik lah kalau begitu”. Seraya pergi meninggalkan kamar Jamilah.

Tamparan, bahkan cacian yang di tujukan kepada Ja'far ketika mengajak Jamilah untuk beribadah tak membuat Ja'far menyerah akan tujuannya di rumah itu, bahkan Ja'far semakin giat untuk selalu mengajak Jamilah untuk melaksanakan sholat 5 waktu dan beribadah lainnya, namun yang terjadi selalu sama. Jamilah menolak dengan membentak Ja'far dan berakhir dengan tamparan. Namun ada rasa penasaran yang lebih dari Jamilah terhadap Ja'far yang tidak pernah menyerah untuk menuntunnya kembali kejalan yang benar.

Bangun pagi, membaca Al-qur'an dan membersihkan rumah sudah menjadi rutinitas Ja'far di rumah itu, bahkan Jamilah pun sudah mulai memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh Ja'far di setiap harinya.

Suatu pagi ketika semua masih terlelap dalam mimpi indahnya, Jamilah kembali di bangunkan oleh lantunan Ayat Suci Al-qur'an yang dibacakan Ja'far, namun kali ini Jamilah tidak marah seperti biasanya, dia hanya bisa mendengarkan dan menyimak secara seksama, “Subhanalloh, indah sekali bacaan ini, bacaan yang selalu membuat aku marah ketika mendengarnya” gumam Jamilah.

Pagi itu pun Jamilah bangun lebih awal dari biasanya dan berdiri di depan pintu Ja'far, namun dia ragu untuk mengetuk pintu, karena rasa malu yang menghinggapinya. Namun tiba-tiba pintu itu terbuka, Jamilah yang kaget bukan main pun hampir terjatuh.

“Astaghfirulloh,,, maaf Jamilah jika saya mengagetkanmu”, Ja'far yang terkejut dengan adanya sosok wanita di hadapannya itu.

“oo.. oo…hhh ya gak apa”, gue cuman lewat aja kok”. Jawab Jamilah terbata dengan wajah yang pucat penuh malu dan berlalu dari hadapan Ja'far.

Ada desiran yang berbeda ketika Jamilah berhadapan dengan Ja'far pagi itu, sehingga membuat Jamilah gemetar, perasaan yang dulu sangat membenci sosok yang selalu mengganggu tidur nyenyaknya kini berubah menjadi rindu dan rasa selalu ingin diganggu oleh sosok tersebut.

0 Comments